Kamis, 19 September 2013

Freeport - UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan (4)

Warga Nayaro Menyambut Positif
Kegiatan penanaman pohon sagu tersebut mendapat sambutan positif dari warga setempat. Kepala Kampung Nayaro, Herman Apoka bahkan mengharapkan masyarakatnya mau melanjutkan penanaman sagu pada lahan yang sudah disiapkan sebagai sumber pangan masyarakatnya kedepan.
Menurutnya, sebelumnya warga setempat baru satu kali mengikuti kegiatan penanaman pohon kelapa yang dilakukan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Mimika pada Bulan Februari lalu.
"Saya bangga telah melakukan ini (menanam sagu, Red). Selanjutnya orang kampung (Kampung Nayaro, Red) tinggal melanjutkan lagi lahan ini dan bisa menikmatinya. Saya orang Kamoro, bapak bupati (Allo Rafra, Red) bilang jangan cuma menjadi masyarakat peramu saja atau di rawa-rawa. Kenapa tidak merubah hidup," papar Herman Apoka yang bersemangat untuk maju ini.
Bekerja untuk Menghasilkan Uang
Salah satu pihak yang terlibat pada kegiatan penanam sagu di Kampung Nayaro adalah Keuskupan Timika. Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil mengatakan jumlah bibit sagu yang ditanam akan ditambah menjadi 8.000 lebih.
"Penanaman pohon sagu ini untuk kesediaan pangan masyarakat. Mungkin dengan proyek ini, mereka menjadi bekerja supaya menghasilkan uang," kata Uskup John Saklil yang diwawancarai wartawan Radar Timika usai kegiatan penanaman pohon sagu di Nayaro, Sabtu (3/5) lalu.
Ditambahkan Uskup bahwa penanaman sagu tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan. Ribuan pohon sagu tersebut akan menjadi milik masyarakat Kampung Nayaro. "Ini semua sebenarnya dana yang diberikan dalam bentuk program supaya mereka terlibat langsung. Itu akan memberikan hasil yang menjadi milik mereka sendiri," papar Uskup john Saklil.
Untuk sagu sendiri selain dikonsumsi secara langsung layaknya selama ini, juga bisa menjadi bahan baku kue dan lain-lain. "Sagu bukan barang asing bagi mereka. Sagu merupakan makanan pokok mereka. Yang menjadi makanan alternatif adalah beras atau nasi,’ jelas Uskup.
Uskup mengharapkan, selain sagu, masyarakat Kampung Nayaro bisa mengembangkan tanaman perkebunan lain. "Saya harap kedepan akan banyak hal terjadi, yaitu bisa tanam sayur dan pohon pisang di sela-sela sagu," sarannya.
Kembali ke Makanan Pokok
Penjabat Bupati Mimika, Atanasius Allo Rafra, SH menyambut gembira kegiatan penanaman 5.000 pohon sagu di Kampung Nayaro, yang baru pertama kali dilakukan di daerah ini. "Saya merasa bangga dengan ini, ada masyarakat Kampung Nayaro mulai penanaman sagu di tempat yang luas yang mencapai 120 hektar dibantu oleh PT FreeportIndonesia dan Keuskupan Timika," katanya.
Langkah kembali kepada makanan pokok, menurutnya merupakan langkah yang sangat baik. "Kita semua harus tahu bahwa tanaman sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat Kampung Nayaro. Kita tidak bisa mengajak mereka untuk makan nasi terus. Mengganti makanan pokok mereka tidak mungkin. Masyarakat harus kembali ke makanan pokok karena harga beras terus naik dan kemampuan masyarakat kita rendah, bagaimana mereka bisa beli beras," papar Bupati Allo Rafra.
Bupati selanjutnya mengatakan diantara jenis sagu yang ditanam ada yang mampu menghasilkan sari pati hingga 800 kilogram pada setiap batangnya. "Itu sangat luar biasa. Coba kita bayangkan 800 kilogram sari pati sagu. Berapa lama orang bisa makan atau mungkin satu keluarga bisa bertahan sekian bulan," jelasnya.
Kegiatan penanaman sagu tersebut, yang melibatkan PTFI, UNIPA, Keuskupan dan pihak-pihak lain, menurut bupati merupakan investasi warga Kampung Nayaro. Meskipun masa tumbuhnya mencapai 5 hingga 8 tahun baru bisa dipanen, menurutnya itu bukan masalah. "Mereka dari dulu sudah hidup dengan sagu, mereka mengerti kapan bisa panen. Jdi mereka berinvestasi," jelasnya.
Dikatakan bupati bahwa masyarakat Kampung Nayaro sebenarnya bukan nelayan, melainkan peramu yang mencari makan di rawa maupun sungai. Setelah penanaman sagu tersebut, kedepan masyarakat bisa hidup menetap.
Pemda Mimika sendiri menurutnya sudah mulai mengembangkan penanaman kelapa. "Sudah ribuan pohon ditanam. Masyarakat ini tidak bisa kita harapkan untuk membersihkan lahan mereka setiap saat, jadi yang cocok untuk mereka adalah tanam tanaman yang tidak memerlukan perawatan yang produktif terus-menerus," jelasnya.
Melihat program penanaman sagu tersebut, Bupati Allo Rafra mengatakan telah memerintahkan kepada Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk melakukan hal yang sama.
"Kita juga harus respek. Harapan kita ingin memberikan kesejahteraan bagi masyarakat," kata Bupati Allo Rafra.

Rabu, 18 September 2013

Freeport - UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan (3)

Bibit Sagu dari Sentani
Penanaman pohon sagu ini merupakan program padat karya yang didanai PT Freeport Indonesia secara bertahap. Disebutkan Benny Meo bahwa bibit sagu tersebut didatangkan dari Sentani, Jayapura. Pengadaannya dibantu tim peneliti dari Unipa, yang bekerja mengoleksi untuk memilih sagu varietas unggul.
"Kami bersama dengan Unipa mengangkut bibit tersebut masuk Kampung Nayaro," katanya.
Pengangkutan bibit sagu dari Sentani ke Timika sendiri dilakukan Desember 2007 menggunakan pesawat komersil Airfast hasil kerjasama dengan PTFI. Selanjutnya bibit sagu tersebut dibawa ke Kampung Nayaro. Pengadaan pertama sebanyak 6.031 bibit sagu. "Dalam proses penyemaian kurang lebih selama empat bulan ada yang mati," jelasnya.
Pada lahan seluas 120 hektar tersebut, kata Benny, diharapkan nantinya bisa ditanami bibit sagu sebanyak 8.500 pohon. Dengan pohon sagu sebanyak itu, diharapkan kedepan ekonomi masyarakat Kampung Nayaro menjadi lebih baik.

Selasa, 17 September 2013

Freeport - UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan (2)

Salah satu kegiatan penelitian yang berlangsung April 2008 adalah penanaman tanaman produktif dengan cara tumpang sari. Penelitian ini dilakukan oleh tiga orang dosen Fakultas Budidaya Pertanian Unipa, yaitu Ir. La Musadi, MSi., Ir. F. H Listyorini, MSi., dan Ir. Margo Yuwono, MP yang dibantu salah seorang mahasiswa tingkat akhir.
Koordinator Tim Peneliti Intercroping dari Unipa, Ir. La Musadi, MSi, menjelaskan bahwa intercroping adalah menanam tanaman dibawah tanaman lain yang sudah ada. Ada lima jenis tanaman yang ditanam, yaitu kakao yang ditanam dibawah pohon kelapa, kopi yang ditanam dibawah pohon pinang, salak yang ditanam dibawah pohon cemara, katuk dan lada yang ditanam dibawah pohon lamtoro.
Seluruh bibit tanaman tersebut, menurut Koordinator Peneliti dan Penanggung Jawab Kegiatan, Ir. F. H. Listyorini, MSi, diperoleh dari Kabupaten Sorong dan Manokwari.
Ny. Listyorini bersama La Musadi menjelaskan bahwa lama kegiatan penelitian intercropping adalah satu tahun. Dimulai dari pembahasan, penyiapan anakan bibit (bahan tanam), penyiapan bibit (pembibitan), penyiapan lahan (pengajiran dan pembuatan lubang), penanaman, monitoring tahap pertama, monitoring tahap kedua, analisis data, serta pelaporan.
Ada beberapa tujuan dari kerjasama penelitian intercropping di area reklamasi maurujaya yang lahannya terdiri atas tailing tersebut.
1. Penganekaragaman hayati.
2. Efisiensi dalam penggunaan lahan
3. Mempercepat pertumbuhan bahan organik
"Karena pada daerah ini (lokasi reklamasi Maurujaya, Red) banyak pasir tailing maka dengan banyak vegetasi akan mempercepat terbentuknya organic," ujar La Musadi.
4. Mencari dosis pemupukan yang optimal pada tanaman.
"Caranya dengan melihat dari pola masing-masing pertumbuhan tanaman," kata Ny. Listyorini.
Ditambahkan Listyorini bahwa penelitian tersebut juga untuk mengetahui tumpang sari di lokasi reklamasi maurujaya itu bisa dilakukan dimana saja, kemudian aspek pupuk apa yang menonjol, serta kombinasi tanaman seperti apa yang cocok pada lokasi tertentu.
Dalam pelaksanaan penelitiannya, ada sejumlah perlakuan yang diujicoba pada keenam jenis tanaman yang ditanam. Untuk tanaman kelapa dilakukan empat variasi pemupukan dengan pupuk organik dari kotoran sapi, yaitu 0 kilogram (Kg) per tanaman, 2 Kg/tanaman, 4 Kg/tanaman dan 6 Kg/tanaman. Berikutnya pada kopi dan lada divariasi mulai dari 0 Kg/tanaman, 1 Kg/tanaman/ 2 Kg/tanaman dan 3 Kg/tanaman.
Sampai April 2008 lalu, penelitian tersebut telah berlangsung enam bulan sejak dimulai Oktober 2007. Pihak Unipa berharap penelitian tersebut bisa berlanjut ke lokasi modada.
"Kami berharap penelitian berlanjut pada jenis-jenis tanaman bukan konsumsi, tapi tanaman industri yang cocok di lahan taling. Misalnya tanaman-tanaman sumber biofuel dan bahan baku serat," ujar Listyorini.
Tanam Sagu, Siapkan Pangan Sejak Dini
Selain intercroping, salah satu bentuk kerjasama PTFI dan Unipa adalah penanaman bibit sagu. Bekerjasama dengan Keuskupan Timika, telah dilakukan kegiatan penanaman 5.000 bibit pohon sagu pada Sabtu (3 Mei) lalu pada lahan seluas 120 hektar di Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika.
Ketua Panitia Penanaman Sagu, Benny Meo mengatakan tujuan kegiatan penanaman 5.000 pohon sagu tersebut untuk jangka panjang sebagai program ketahanan pangan untuk mempersiapkan pangan bagi masyarakat lokal suku Kamoro, yang mana makanan mereka selama ini adalah sagu.
Benny berharap melalui program ini masyarakat Kamoro akan lebih mandiri untuk mengelola lahan agar memiliki pendapatan dan bisa mengatur ekonomi mereka sendiri. Dengan penanaman pohon sagu ini maka kedepan masyarakat Kampung Nayaro tidak lagi kesulitan mencari sagu jauh ke dalam hutan.
Dijelaskan oleh Benny mengapa sasaran kegiatan ini masyarakat Kamoro Kampung Nayaro. "Sebenarnya kami memilih Kampung Nayaro karena kampung ini berada di sekitar wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Dengan adanya lokasi tailing maka kawasan sagu mereka terkena dampak ikut teraliri tailing," jelas Benny.

Senin, 16 September 2013

Freeport & UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan Hidup (1)

Perhatian PT Freeport Indonesia (PTFI) kepada masyarakat Mimika terus ditingkatkan. Salah satu perhatian Freeport adalah dalam bidang lingkungan hidup.

Teliti Tanaman dan Cara Merawat Agar Tumbuh Optimal di Lahan Tailing
Selain bersama Universitas Cenderawasih (Uncen), PTFI juga menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi negeri terbesar lainnya di Provinsi Papua Barat, yaitu Universitas Negeri Papua (Unipa). Kerjasama itu dijalin berdasarkan kesepakatan bersama yang dilakukan pimpinan PTFI dan Rektor Unipa pada November 2006. Tahun 2007 kerjasama itu ditindaklanjuti dengan menyusun tim yang melibatkan sejumlah Department PTFI, antara lain Environmental, Social Local Development (SLD) maupun Green Team (LTRR - Lowland Tail Retention and Reclamation).

Jenis-jenis Penelitian Unipa
Ada sejumlah kegiatan penelitian yang disepakati oleh PTFI dan Unipa. Penelitian itu sendiri dirancang untuk menemukan cara meningkatkan daya tahan spesies-spesies tanaman tertentu pada kondisi yang sulit, yakni tumbuh pada area pengendapan tailing. Secara garis besar terdapat enam pokok kegiatan, yaitu:
1. Pengumpulan bibit sagu unggul. Misalnya diambil dari Jayapura untuk kemudian ditanam di Mimika. Pada Desember 2007 mulai dilakukan penelitian terhadap 450 bibit sagu.
2. Meningkatkan manajemen budidaya ternak sapi dalam rangka meningkatkan produktivitasnya, caranya dengan memberi sejumlah perlakuan makanan untuk mempercepat pertumbuhan berat badan sapi atau penggemukkan. Penelitian ini sudah berlangsung selama kurang lebih tiga bulan sejak akhir 2007.

3. Pengamatan suksesi alam (pengamatan terhadap karakteristik lapisan tanah di area reklamasi dengan mengambil contoh-contoh tanah untuk melihat kadar unsur haranya)

4. Pengumpulan buah merah (belum dilakukan).

5. Penelitian 20 tanaman pohon kayu terbaik yang tumbuh di rekalamsi MP 21, yang sudah dilakukan sejak November 2007 hingga sekarang.
ditanam duluan di lahan tailing di MP-21. Ada beberapa jenis tanaman yang ditanam, yaitu kopi, coklat, lada, duku, dan salak. Penanaman dilakukan disela-sela tumbuhan yang sudah jadi atau yang sudah tumbuh besar atau memakai cara tumpang sari.

Superintendent Lowland Tails Retention & Reclamation PTFI, Herman Dasril mengatakan manfaat penelitian ini untuk menghasilkan rekomendasi pada program penanaman beberapa tanaman. Misalnya, mengetahui berapa banyak pupuk yang dibutuhkan suatu tanaman agar tumbuh dengan baik di lokasi reklamasi.

Menurut Herman Dasril, berdasarkan penelitian Department Environmental PTFI sendiri, tanpa campur tangan manusia, lokasi tailing bisa menghutan sendiri akibat bibit yang terbawa oleh air dan binatang , ditemukan dibeberapa tempat seperti di MP-21.5. Dari kawasan pengamatan Suksesi Alami (NSDP), hasil penelitian menunjukkan terdapat 96 species flora, 13 species kupu-kupu, 16 species burung dan 10 aquatic fauna (Nov 2006).

Minggu, 15 September 2013

Kerjasama PT.Freeport Indonesia dan Pemprov Papua

Pemerintah Provinsi Papua bersama PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk meningkatkan produksi local dengancara menciptakan suatu ekonomi baru untuk dikembangkan di Papua. Sebagai awal untuk menembangkan hal tersebut, Penjabat Gubernur Provinsi Papua, drh. Constant Karma menggelar pertemuan dengan Manajemen PTFI, diantaranya Vice President Government Relation Papua, Simon Morin dan Manager Social Local Development, Arief Susanto. Pertemuan tertutup digelar di Rimba Papua Hotel,Rabu (13/2) kemarin mulai sekitar pukul 14.00 WIT hingga pukul 16.00 WIT.

Usai pertemuan, Pejabat Gubernur Provinsi Papua, Constant Karma yangditemui wartawan menjelaskan bahwa Pemprov Papua melakukan pertemuandengan PT FreeportIndonesia untuk mendiskusikan tentang bagaimana menaikanproduksi di daerah. Sebelumnya dikatakan Constant Karma, pemerintah sudahmenggelar pertemuan dengan pimpinan Freeport di Amerika Sertikat pada bulanDesember lalu.

Diungkapkan ConstantKarma bahwa dalam pertemuan itu, pihaknyamendengar penjelasan dari PTFI bahwa perusahaan tambang tersebut mempunyaitanggung jawab luar biasa untuk membina produksi di tangan masyarakat. Salahsatunya adalah pembinaan produksi telur ayam yang cukup besar. Hal itumenurutnya sinkron dengan produksi bibit ayam (anak ayam) di Jayapura yangsudah mulai dikembangkan di Timika. “Dan produksi itu yang kita harapkan, Freeportjuga sudah membina petani kopi di Wamena dan sudah berjalan, bahkan kita sudahekspor kopi,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Penjabat Gubernur Papua juga menjelaskan kepadaPTFI tentang RPS sebagai salah satu perusahaan daerah yang mempunyai rencanamembangun pabrik semen curah di Timika. Dengan adanya produksi semen curahdi Timika, menurutnya harga semen bisa turun. Hal ini membuat pembangunan akanlebih pesat dengan ketersediaan bahan yang lebih mudah. Pokoknya produksidengan teknologi, produksi skal besar atau skala kecil terutama produksi di tanganrakyat,” katanya.
Vice President Government Relation Papua PTFI, Simon Morinmengungkapkan pertemuan tersebut merupakan pembicaraan awal dimana adapemikiran Pemprov dalam hal ini Gubernur Papua dan Pimpinan Perusahaan diAmerika tentang keyakinan bagaimana mendorong produksi rakyat denganmemanfaatkan pasar yang ada.

Karena itu menurutnya, PT Freeport Indonesia mengharapkan kerjasamadengan berbagai pihak sehingga apa yang diinginkan oleh Gubernur tentang hasilpertanian rakyat bisa diserap oleh perusahaan. Salah satunya bekerjasama denganpihak maskapai penerbangan sehingga ada jalur yang bisa dibuka secara regularterbang ke Timika dan sebagainya. “Ini hal-hal yang dibicarakan, lebih dikonkritkan.Dari pemerintah daerah akan memberikan dukungan yang diperlukan sehingga apayang direncanakan itu dapat terwujud,” jelasnya.

Ditanya mengenai penyerapan sayur oleh PTFI melalu Pangan Sari Utama,menurut Simon Morin ada kebijakan pemerintah untuk membatasi sayur impir,sehingga sayur dan buah-buahan diharapkan diproduksi dalam negeri. Bahkandiharapkan kebutuahan sayur dan buah bisa disupply di Papua.

Lebih lanjut dikatakan Manager Social Local Development PTFI, Arief Susantobahwa prinsipnya PTFI mendukung apa yang menjadi program dari PemerintahProvinsi, bagaimana meningkatkan produksi di wilayah Papua.

Dengan melihat peluang yang ada, maka menurutnya perlu untuk menciptakansuatu ekonomi baru untuk bisa dikembangkan lebih besar di Kabupaten Mimika ataudi seluruh wilayah Provinsi Papua, dengan demikian tidak selalu bergantung padaFreeport. Sehingga dikatakannya ekonomi kerakyatan adalah solusi untuk menjawabpeluang yang besar itu, seperti yang telah dikembangkan yaitu kopi, kemudianrencananya tanaman kakao dengan melibatkan masyarakat. “Jadi intinya kami tetapmendukung program dari pemerintah dan tentunya program pengembanganekonomi agrikultur ini perlu dukungan dari semua pihak terutama dari pemerintahdaerah,” kata Arief.

Selasa, 10 September 2013

PTFI Bangun Kompleks Olahraga bertaraf Internasional di Timika

Dalam waktu dekat Kabupaten Mimika akan memiliki kompleks olahraga dengan fasilitas berstandar internasional. Peletakan batu pertama pembangunan Mimika Sport Complex dilakukan Gubernur Papua Lukas Enembe bersama Bupati Mimika H. Abdul Muis dan Presiden Direktur PTFI Rozik B Soetjipto di Jalan Caritas, Satuan Pemukiman (SP-2) Kampung Timika Jaya, Distrik Mimika Baru, pada hari Senin (2/9).
Mimika Sport Complex akan dibangun diatas lahan seluas 25 hektar milik Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika. Pembangunan stadion gedung tertutup untuk arena olahraga cabang bulu tangkis, basket dan atletik di disain untuk menampung 4000 penonton dan 75 penonton VIP lengkap dengan pusat pertokoan didalamnya. Selain itu terdapat gedung terbuka dengan tribun untuk 950 penonton dilengkapi dengan jalur lari jarak pendek dan menengah berstandar internasional. Didalam kompleks tersebut juga tersedia dua asrama atlet yang masing-masing mampu menampung 100 orang serta satu bangunan khusus untuk rekreasi (fitnes/gym).
Rozik B Soetjipto dalam jumpa persnya sesaat usai melakukan peletakan batu pertama bersama Gubernur Provinsi Papua dan Bupati Mimika, berharap dengan dibangunnyaMimika Sport Complex ini nantinya akan menjadi titik tolak lahirnya atlet-atlet dari Papua dan Kabupaten Mimika khususnya yang berprestasi ditingkat nasional. “Pembangunan fasilitas ini memang dalam rangka pembinaan olahraga. Hal ini juga disesuaikan dengan rencana pelaksanaan PON XX tahun 2020 yang rencana akan diselenggarakan di Papua, dan bagi kami dari PTFI ini merupakan bagian dari program-program CSR, tanggung jawab sosial kami kepada masyarakat bersama-sama dengan pemerintah daerah,” jelas Rozik. “Mimika Sport Complex ini nantinya akan menjadi bangunan kedua setelah Gelora Bung Karno, bukan diukur dari besarnya namun dari standar fasilitas lapangan yang berstandar internasional, khususnya atletik,” Rozik menambahkan. Proses pembangunan Mimika Sport Complex ini akan diawasi oleh konsultan dari Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, dan diperkirakan bakal rampung dalam 18 bulan dengan menelan dana sekitar 25 juta US Dolar atau sekitar Rp. 250 miliar.
Menurut Richard Mohr, selaku pimpinan proyek, “Mimika Sport Complex ini dibangun atas permintaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika kepada PTFI untuk membangun fasilitas olah raga yang memadai bagi penduduk setempat dan juga masyarakat Papua, disain gedung olahraga ini juga disesuaikan dengan budaya setempat dan sudah dipresentasikan dan dipublikasikan di majalah Asian Architectural, pekerjaan pembangunannya akan dilaksanakan olah tiga kontraktor ternama dan terbaik di Indonesia,” jelasnya.
Gubernur Papua Lukas Enembe pada kesempatan tersebut menyampaikan penghargaan dan terima kasihnya kepada PTFI yang telah bersedia membantu masyarakat Mimika khususnya dan Papua pada umumnya atas pembangunan sarana olahraga yang lengkap dan berstandar internasional ini. Lukas juga menjelaskan “Pada hari ini akan menjadi momen yang bersejarah bagi rakyat Papua dan masyarakat di Mimika khususnya dengan dilaksanakannya peletakan batu pertama pembangunan Mimika Sport Complex, karena nantinya akan menjadi bangunan sarana olahraga kedua yang berstandar internasional setelah Gelora Bung Karo di Jakarta. Diharapkan dengan berdirinya Mimika Sport Complex ini dapat menjadi pemacu perkembangan pembangunan di kabupaten Mimika dan perkembangan kemajuan Papua di bidang olahraga,” jelasnya.“Dalam dunia olahraga selain kita mengejar prestasi juga prestise, prestisenya adalah harkat dan martabat bangsa yang harus dijunjung tinggi melalui dunia olahraga dalam hal ini adalah harkat dan martabat orang Papua. Selain melalui dunia seni dan budaya, harkat dan martabat orang Papua bisa diangkat melalui prestasi di dunia olahraga,” Lukas menambahkan. “Untuk itu mewakili masyarakat Papua, saya mengucapkan terima kasih kepada PT Freeport Indonesia yang mana telah bersedia membangun sarana olahraga ini,” kata Lukas. (Hendrikus)

Senin, 09 September 2013

Kerjasama Freeport Indonesia dan Universitas Cenderawasih

Tokoh pemuda Mimika, Papua, Yohanes mendukung kerja sama antara PT Freeport Indonesia, Universitas Indonesia dan Universitas Cenderawasih untuk mensponsori berbagai kegiatan dalam rangka mengangkat budaya masyarakat lokal suku Kamoro di Mimika.

"Sebagai masyarakat lokal tentu kami sangat mendukung kerja sama tersebut. Sebagai universitas terkemuka di Indonesia, kita mengharapkan kontribusi nyata dari UI dalam melakukan kajian dan penelitian sosial budaya masyarakat lokal di Mimika terutama suku Kamoro dan Amungme," kata Yohanes di Timika, Kamis.

Pada 9 April 2012 PT Freeport Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dengan Pusat Kajian Papua Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, dan Universitas Cenderawasih (UNCEN). Kerja sama mencakup program pertukaran mahasiswa, kuliah tamu oleh dosen FISIP UI ke UNCEN, program pelatihan untuk staf akademis UNCEN, penyelenggaraan Pekan Budaya Kamoro, pembuatan dan publikasi buku Kamoro dengan jangka waktu satu tahun.

Penandatanganan MoU dilakukan pada acara peresmian Pusat Kajian Papua (Papua Center) FISIP UI bertempat di Kampus UI Depok, antara Presiden Direktur PT Freeport, Rozik B Soetjipto, Direktur Eksekutif Papua Center FISIP UI Prof DR Bambang Shergi Laksmono MSc dan Rektor UNCEN Drs Festus Simbiak MPd.

PACE-UI dibentuk oleh FISIP UI dengan misi sebagai jembatan akademis dan budaya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempromosikan budaya Papua.

Meskipun keberadaan Papua Center di bawah naungan FISIP UI, namun dalam praktiknya mengikutsertakan pula jurusan ilmu lainnya.

Rektor UI, Prof DR Gumilar Rusliwa Sumantri saat peresmian Papua Center FISIP UI itu berharap hasil studi yang dilakukan Papua Center dapat memberikan perspektif lain dan menjadi masukan bagi Pemerintah Pusat dalam menjalankan pembangunan Papua..

Dalam Nota Kesepahaman Bersama lainnya, PT Freeport dan UNCEN sepakat bekerja sama dalam program pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa, guru, peneliti serta melakukan diseminasi informasi dari hasil studi yang disepakati.

Pejabat Sementara Rektor UNCEN, Drs Festus Simbiak MPd memberikan tanggapan positif atas ditandatanganinya nota kesepahaman bersama dengan PT Freeport dan FISIP UI.

"Marilah kita melihat secara positif hubungan kerja sama ini, yang akan menjadi kekuatan baru bagi pembangunan di Papua," ujar Festus Simbiak.

Sabtu, 07 September 2013

Update Perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) XVIII


Perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) XVIII untuk periode 2013-2015 telah memasuki babak yang substansial dengan topik utama tentang kesejahteraan karyawan termasuk topik remunerasi. Namun demikian kami sampaikan bahwa belum tercapai kesepakatan tentang poin-poin tersebut di atas dan kami tetap bertukar pandangan dan perspektif secara positif.
Kami garisbawahi bahwa perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini penting bagi semua pihak dan karenanya kami akan terus melaksanakannya dalam semangat kerjasama, kebersamaan serta untuk mencapai tujuan bersama. Kami berharap agar perundingan ini berjalan lancar dan produktif.
Mari kita sukseskan PKB XVIII dengan optimis dan semangat kebersamaan.

Kerjasama antara PTFI dan Dirjen Perhubungan Udara serta Pemda Mimika untuk Pengembangan Bandar Udara Mozes Kilangin

PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Mimika, untuk pengembangan fasilitas Bandar Udara Mozes Kilangin di Timika. MoU ini ditandatangani oleh Presiden Direktur PTFI Rozik B. Soetjipto, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti, dan Bupati Kabupaten Mimika Abdul Muis, bertempat di kantor Kementerian Perhubungan Jakarta.
MoU ini merupakan bentuk nyata dukungan PTFI, sebagai pendiri dan penyelenggara Bandar Udara Mozes Kilangin, terhadap pemerintah pusat dan daerah untuk membangun fasilitas penerbangan umum dan menyelenggarakan pelayanan jasa dalam rangka mendukung perkembangan perekonomian, perdagangan, pariwisata dan transportasi dari dan ke Kabupten Mimika.
Kabupaten Mimika merupakan daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan di provinsi Papua, sehingga pengembangan Bandar Udara Mozes Kilangin menjadi agenda yang penting untuk menunjang pertumbuhan tersebut. Bandar Udara Mozes Kilangin dibangun oleh PTFI pada tahun 1970 sebagai salah satu bentuk investasi PTFI dalam hal infrastruktur, khususnya di Timika. Selain melayani kebutuhan operasional PTFI, bandar udara ini juga melayani penerbangan umum baik oleh maskapai penerbangan nasional maupun penerbangan regional dengan rute hingga ke daerah pedalaman Papua.
MoU ini nantinya akan dikonkritkan lagi dalam bentuk Perjanjian Kerjasama. Sesuai dengan kesepahaman ini, pelaksanaan pengembangan bandar udara akan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan pemerintah Kabupaten Mimika, berkonsultasi dengan PTFI.

Kamis, 05 September 2013

PT Freeport Bantu Persipura Rp7 Miliar

PT Freeport Indonesia membantu Persipura Jayapura sebesar Rp7 miliar untuk mendukung dalam operasional kesebelasan tersebut.
Penandatanganan kerjasama itu dilakukan Presiden PT Freeport Rozik Soetjipto dengan Ketua Umum Persipura yang juga Wali Kota Jayapura Tommy Mano disaksikan Pejabat Gubernur Papua Syamsul Arief Rivai di Jayapura, Selasa (17/4).
Ketua Umum Persipura, Tommy Mano kepada wartawan seusai penandatangan kerjasama mengatakan bantuan dari PT Freeport itu nantinya akan membantu operasional Persipura.
Selain PT Freeport, kata Sagala, Persipura juga melakukan kerjasama dengan beberapa pihak yaitu Bank Papua dan PT.Bosowa serta PT.Telkomsel.
Menurutnya, dalam satu kompetisi Persipura membutuhkan dana sebesar Rp50 miliar sehingga pihaknya membutuhkan bantuan atau sponsor dari berbagai pihak.
Persipura saat ini adalah runner up Indonesia Super Liga, dan diharapkan posisi tersebut akan berubah, apalagi sebelumnya Persipura sudah tiga kali juara ISL yakni 2005,2008-2009 dan 2010-2011.
Juru bicara PT Freeport Ramdani Sirait mengatakan kerjasama antara PT Freeport dan Persipura itu juga mencakup dukungan untuk memfasilitasi para pemain berbagi pengalaman dan keahlian bermain sepak bola kepada para pelajar dalam bentuk “coaching clinic” sehingga dihrapkan muncul generasi baru dalam persepakbolaan Papua dan nasional.