Minggu, 20 Oktober 2013

Freeport Bangun Lapangan Terbang di Mimika

PT Freeport Indonesia sejak 2012 membangun sebuah lapangan terbang di Ombani, Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, untuk memudahkan akses bagi warga setempat.
Kepala Bidang Perhubungan Udara pada Dishubkominfo Mimika, John Rettob, kepada Antaradi Timika, Senin, mengatakan bahwa jajarannya pekan lalu meninjau lapangan terbang Ombani, Aroanop, yang sementara sedang dikerjakan.
Untuk membuka lapangan terbang di wilayah dataran tinggi dengan topografis bergunung-gunung terjal itu, tim PT Freeport terpaksa melakukan potong dan timbun (cut and fill) gunung. Pekerjaan serupa dilakukan perusahaan itu saat membangun lapangan terbang Mulu di Kampung Tsinga yang telah dioperasikan sejak 2011.
"Dishubkominfo Mimika ke sana untuk melihat pekerjaan lapangan terbang Ombani, Aroanop. Kami memberikan beberapa masukan kepada PT Freeport karena di ujung landasan ada longsor," jelas John.
Menurut dia, sejumlah fasilitas sudah dibangun oleh PT Freeport di lokasi lapangan terbang Ombani, Aroanop, seperti terminal, kantor, dan lainnya.
John menyambut positif pembangunan lapangan terbang Ombani, Aroanop, untuk mempermudah akses orang dan barang dari dan ke wilayah yang hanya bisa dijangkau dengan sarana transportasi helikopter itu.
Sebelumnya pada 2007, PT Freeport membangun lapangan terbang Mulu di Kampung Tsinga, Distrik Tembagapura.
Lapter Mulu yang mulai beroperasi secara resmi pada Februari 2011 itu memiliki panjang 600 meter dan lebar 18 meter dan selama ini rutin didarati pesawat jenis Pilatus Porter dan juga bisa didarati pesawat jenis Twin Otter.

Freeport Bangun Lapangan Terbang di Mimika

PT Freeport Indonesia sejak 2012 membangun sebuah lapangan terbang di Ombani, Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, untuk memudahkan akses bagi warga setempat.
Kepala Bidang Perhubungan Udara pada Dishubkominfo Mimika, John Rettob, kepada Antaradi Timika, Senin, mengatakan bahwa jajarannya pekan lalu meninjau lapangan terbang Ombani, Aroanop, yang sementara sedang dikerjakan.
Untuk membuka lapangan terbang di wilayah dataran tinggi dengan topografis bergunung-gunung terjal itu, tim PT Freeport terpaksa melakukan potong dan timbun (cut and fill) gunung. Pekerjaan serupa dilakukan perusahaan itu saat membangun lapangan terbang Mulu di Kampung Tsinga yang telah dioperasikan sejak 2011.
"Dishubkominfo Mimika ke sana untuk melihat pekerjaan lapangan terbang Ombani, Aroanop. Kami memberikan beberapa masukan kepada PT Freeport karena di ujung landasan ada longsor," jelas John.
Menurut dia, sejumlah fasilitas sudah dibangun oleh PT Freeport di lokasi lapangan terbang Ombani, Aroanop, seperti terminal, kantor, dan lainnya.
John menyambut positif pembangunan lapangan terbang Ombani, Aroanop, untuk mempermudah akses orang dan barang dari dan ke wilayah yang hanya bisa dijangkau dengan sarana transportasi helikopter itu.
Sebelumnya pada 2007, PT Freeport membangun lapangan terbang Mulu di Kampung Tsinga, Distrik Tembagapura.
Lapter Mulu yang mulai beroperasi secara resmi pada Februari 2011 itu memiliki panjang 600 meter dan lebar 18 meter dan selama ini rutin didarati pesawat jenis Pilatus Porter dan juga bisa didarati pesawat jenis Twin Otter.

Kamis, 03 Oktober 2013

Sentani-Jayapura Jadi Lautan Merah


JAYAPURA – Juara Indonesia Super League (ISL) 2013 Persipura Jayapura disambut meriah oleh ribuan pendukungnya setelah menginjakkan kakinya di Bandara Sentani. Boaz Solossa dkk yang tiba pukul 08.00 WIT  langsung menuju ke truk tronton dan diarak dari Bandara Sentani menuju ke Kota Jayapura.
Ya, Persipura yang tiba menggunakan maskapai Sriwijaya Air begitu enjoy berada di pesawat. Cenderawasih Pos yang mengikuti rombongan tim Persipura mengamati seluruh pemain menikmati perjalanan, bahkan ada pemain yang tidur dikerjai pemain lainnya.
Kursi penumpang dari eksekutif sampai berapa baris kebelakang seluruhnya sudah disiapkan untuk semua pemain Persipura, sehingga para penumpang lainnya ditempatkan di kursi bagian belakang.
Ketua Umum Persipura Benhur Tommy Mano mengatakan dirinya senang, sebab terjadi kebersamaan dan rasa memiliki antara pemain yang satu dengan yang lain. Arak-arakan Persipura juga sukses dan lancar.
“Saya kaget dengan upaya yang dilakukan oleh panitia untuk menyiapkan acara penyambutan. Saya pikir acara penyambutannya tidak akan semeriah ini, ternyata sangat meriah sekali dengan perolehan empat bintang di musim ini,” ungkapnya.
Diakuinya bahwa dukungan dari Kapolda Papua, Panglima TNI XVII Cenderawasih, maskapai penerbangan, pihak bandara dan seluruh panitia dalam menyukseskan acara ini sangat terbukti. Apalagi panitia sangat siap dalam menyukseskan acara ini.
“Apalagi masyarakat dapat menggunakan dua jalur, itu sesuatu yang luar biasa untuk keberhasilan Persipura Jayapura di musim ini,” terangnya di atas Tronton ketika berpawai.
Sementara itu Executive Vice President (EVP) PTFI Sonny Kosasih mengakui Persipura di musim ini sangat luar biasa dan hebat. “Yang penting kami (PT Freeport Indonesia) adalah bagian dari Papua, itu yang sangat penting,” katanya.
Pihaknya berharap kontrak kerjasama dengan Persipura dapat berlanjut untuk tahun-tahun mendatang. “Kami melihat bergabungnya PT Freeport Indonesia dengan Persipura bukan terletak dari nilai jual, namun dari sisi kemajuan olahraga khususnya persepakbolaan di Papua yang merupakan kebanggaan masyarakat Papua pada umumnya dan bukan dari segi bisnis,” terangnya.
“Kami di tahun-tahun mendatang kami akan tetap bersama dengan tim Persipura. Saya rasa ini sesuatu yang bagus, dan semua akan berjalan sesuai dengan proses. Kita akan lakukan semuanya untuk bagaimana nilai kontraknya akan bertambah, itu semua dapat terjadi tergantung situasi dan kondisi. Dan MoU kita sampai 2015 dan akan kita tingkatkan terus menerus,” jelasnya.
Sementara itu, ribuan warga kota sejak pagi kemarin memadati hanggar Dinas Perhubungan Udara Kabupaten Jayapura untuk menjemput tim kebanggaan masyarakat Papua, khususnya Kota Jayapura yang telah berhasil meraih juara Indonesia Super League (ISL) sebanyak 4 kali, atau telah mengumpulkan 4 bintang merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Papua atas apa yang telah diraih oleh Persipura di pentas sepak bola tertinggi di Indonesia.
Setelah tim mutiara hitam keluar dari bandara maka langsung bertolak untuk naik ke truk Tronton yang sudah dipersiapkan untuk menjemput tim, setelah semua pemain telah naik ke atas truk, maka truk tersebut bergegas keluar dari halaman kantor Dinas Perhubungan Udara Kabupaten Jayapura dan selanjutnya tim mutiara hitam pun diarak oleh ribuan pendukungnya dari bandara menuju kota Jayapura.
Selain warga yang ikut konvoi, ribuan pendukung Persipura juga bertumpuk di sepanjang jalan dari Sentani hingga kota Jayapura untuk menyambut kedatangan tim Mutiara Hitam ini. Kemacetan pun tak bisa dihindari. Namun kondisi ini masih lebih baik dari tahun sebelumnya.
Sayang, Persipura yang disambut sangat meriah ini tanpa dihadiri pelatih kepala Jacksen F Tiago beserta dua asistennya yakni pelatih fisik Osvaldo Lessa, dan pelatih kiper Fabio Tepedino yang tidak berada di Indonesia. Tim pelatih asal Brazil itu dikabarkan sedang pulang ke negaranya dan akan kembali sebelum laga perang bintang di Stadion Mandala pada 27 September mendatang.
Selanjutnya tim terus diarak oleh warga Kota Jayapura hingga finish di home base Persipura di Hotel Relat Indah Argapura.
Untuk kemacetan yang disebabkan oleh arak-arakan tersebut, Wadirlantas AKBP G. Aris Purbaya SIK membenarkan bahwa hal tersbeut tidak bisa dihindari, terutama di ruas-ruas jalan yang terjadi crossing dua arah. Seperti saat berada di Skyline, dan juga ketika sampai di jalan SMU 4 Jayapura. Sedangkan pada jalan yang sudah diterapkan one way traffic, menurut Wadirlantas, seperti di Lingkaran Abepura hingga Vihara Skyline, kemudian dari PTV Depan Walikota hingga Tasangka, Perjalanan bisa lancara hingga 15-20 km/jam.
“Konsep one way traffic ternyata kalau diterapkan di Kota Jayapura ini akan lancar sekali. Ini yang membuat kita memecahkan rekor ketepatan waktu meskipun keramaian supporter kali ini melebihi animo masyarakat saat tahun 2005 ketia Juara liga,” tandasnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Panitia Pelaksana Arak-arakan Persipura, Fachrudin Pasolo, ketika dihubungi Cenderawsih melalui selulernya, Minggu (8/9) bahwa perjalanan penjemputan Persipura tahun ini bisa lancar dan lebih cepat 4 jam dibanding pada tahun lalu. “Kita sampai di Hotel Relat pada pukul 19.30 WIT, padahal dulu hingga pukul 23.00 WIT kita masih belum sampai hotel,” jelasnya.
Dalam perjalananya menuju Jayapura. Lanjut Fachruddin, kerap truk tronton yang mengangkut pemain Tim Persipura harus berhenti karena penggemar yang ingin meminta tanda tangan dan souvenir kepada para pemain. Bahkan tidak jarang, mereka harus berhenti untuk menurunkan piala Juara ISL di tempat-tempat tertentu agar masyarakat bisa memegang dan menciumnya.
“Ini saran dari Bapak Ketua Umum juga, menurutnya supaya masyarakat bisa memegang dan mencium karena itu bisa ada semacam rasa memiliki. Tidak terhitung tempatnya kita harus berhenti untuk memberi kesempatan pada masyarakat Jayapura,” paparnya.
Sedangkan ketika Tim Persipura smapai di Kalam Kudus, mereka juga disambut oleh Ikatan dari masyarakat Tionghoa yang memberi sambutan dengan tarian dan juga Barongsai.
Fachrudin menyatakan bahwa itu sebagai tanda jika seluruh masyarakat bangga dan memberi apresiasi kepada persipura. Kepada masyarakat Jayapura, Fachrudin ingin mengucapkan terimakasih karena mendukung Tim Persipura dengan tidak melakukan mabuk-mabukan ketika terjadi arak-arakan tersebut. Selain itu, Fachrudin menyatakan bahwa kelancaran pada saat arak-arakan tersebut juga sebab bantuan dari pihak keamanan, baik dari Polri maupun dari TNI.
“Selaku Ketua Panpel, saya berterimakasih karena semua berjalan lancar, dan masyarakat memberikan support kemenangan yang luar biasa. Kepada Polri dan TNI, Kapolda dan Pangdam, masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah ikut berpartisipasi, terimakasih,” tandasnya. (Sumber: Cenderawasih Pos)

Sasaran Renstra Ekonomi LPMAK 2013-2017

Terpaan angin, badai dan gelombang itu rupanya menghantarkan pe­rahu itu kian melaju menuju tujuan akhir. Demikian kiasan yang tepat untuk mencermati rencana dan strategi program ekonomi oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) pasca dekade terakhir ini.
Kali ini setelah melalui perja­lanan berkelok penuh badai dan tantangan, pengalaman itu menjadi bahan pelajaran untuk melangkah lebih jauh secara professional, setidaknya selama 5 tahun (2013-2017) mendatang. Menurut Roy Kuncoro, Penanggungjawab kerjasama LPM-IU dengan LPMAK, renstra Biro  Ekonomi LPMAK (2013-2017) yang difinalisasi selama 3 hari (Senin-Rabu, 11-13/2) memiliki ukuran target sebagai langkah awal.
“Mungkin tahun pertamanya kita akan bantu bikin lebih detail, untuk tahun berikut dan selanjutnya, internal harus me­ngu­raikan sendiri. Kami akan mendampingi dalam perjalanannya, kemudian selanjutnya membuat penjabaran secara stra­tegis,” ungkapnya di Jakarta, Senin (11/2).
Mula-mula konsep itu ditu­runkan dari visi dan misi LPMAK. Juga adanya klaim visi dan misi dari pemda meski berupa visioner, membuat Timika menjadi kota industri dan jasa. Maka itu butuh kerja keras karena berbicara soal jasa tak akan pernah ada habis-habisnya.
Renstra Ekonomi LPMAK me­miliki metodologi. Diantara­nya survei lapangan, FGD dan informasi sekunder, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi renstra sebelumnya (2007-2012), ser­ta kondisi Ekonomi Kabupaten Mimika. Dilanjutkan dengan diskusi-diskusi diantara para pe­mangku kepentingan, kemudian dirangkum menjadi satu ren­stra ekonomi LPMAK tahun 2013-2017. Dalam menyusun ren­stra itu, (LPM-UI) memakai prinsip-prinsip. Yakni keberlanjutan, tepat sasaran serta dapat di­im­plementasikan.
“Keberlanjut­an artinya perencanaan yang ber­kesinambungan, bukan perencanaan yang putus-putus. Kemudian dalam perjalananya hal-hal positif, komoditi atau sektor unggulan. Karena ini yang menjadi cikal-bakal  ekonomi dari Ka­bupaten Mimika khususnya untuk masyarakat lokal,” jelasnya. Kedua evaluasi renstra terdahulu ada hal-hal yang memang tidak kena sasaran, mungkin tidak sesuai dengan kondisi­nya. Kita harapkan dengan ren­stra yang sekarang ini, untuk lebih dapat diimplementasikan. Renstra ini dianggap berhasil apa­bila dapat diimplementasikan. Diusahakan supaya menggu­nakan pendekatan-pendekatan bersifat aplikatif.
Garis besar kegiatan rencana strategi 2013-2017 yang diper­guna­kan adalah penyempurnaan dan penguatan kelembagaan LPMAK. Peningkatan hubung­an dan koordinasi antar lem­ba­ga. Inovasi dan penajaman pro­gram sektoral unggulan (pem­bangunan ekonomi kerakyatan). Penyusunan dan implementasi program rekayasa sosial (social engineering). Serta monitoring dan evaluasi berkala.
“Sebelum meningkatkan aktivitas kepada masyarakat, kita juga meningkatkan diri kita. perbaikan terus-menerus. Kita menjadikan organisasi (LPMAK) menjadi organisasi belajar memperbaiki diri melalui konsolidasi internal yang dikerjakan se­cara terus-menerus,” ucapnya, di­samping hubungan kelembagaan, menyusun program dan mengimplementasikannya. Jadi keselarasan kerja, keselarasan tu­juan dan keselarasan aktivitas antar institusi dalam konteks pengembangan ekonomi kerakyatan perluh ditingkatkan. Orang akan bosan, komoditas unggulan itu bila hanya ayam, babi dan sebagainya seperti yang dikerjakan selama ini. Maka dalam inovasi berdasarkan hasil evaluasi, ada beberapa sektor unggulan yang bisa dijadikan sebagai sasaran. Kita sepakati juga social engineering, sosial budaya yang merupakan latar belakang dari kegiatan ekonomi.
Ada perbedaan dengan In­do­­nesia lainnya, perubahan ekono­mi mentriger perubahan sosial budaya. Di Papua, faktor sosial budaya itu menjadi pemicu mainseat perubahan kegiat­an ekonomi. Ini merupakan kunci prasyarat mencapai tujuan ekonomi. Kemudian semua kegiat­an harus dimonitoring dan dieva­luasi agar menjadi feedback bagi kegiatan berikutnya.
Sasaran rencana strategis eko­no­mi 2013-2017. Ada macam-macam syarat dalam sasaran. Diantaranya, peningkatan kualitas, kemampuan, dan daya saing SDM lokal. Terciptanya partisipatif masyarakat yang sinergis melalui pembentukan kelompok sebagai posisi tawar yang kuat. Meningkatnya jumlah usaha produktif yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat secara berkelanjutan dan memperbesar akses masyarakat  dalam pemilikan faktor produksi. Me­melihara dan memperbaiki fungsi produktif dari SDA bagi masyarakat. Serta terciptanya keberpihakan kebijakan publik untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.
Sasaran-sasaran tersebut disusun menurut taktis. Misalkan da­ya serap anggaran per-Biro 95%. Persentase realisasi penda­naan kelompok usaha (KU) ba­ru wajib mencapai 100%. Jumlah KU yang aktif dari total KU yang didanai sebesar 90%. Serta persentase realisasi KU dan tingkat penyerahan laporan pertanggungjawaban (LPJ) wajib mencapai 100%. Ukuran target lainnya adalah petumbuhan KU, pertumbuhan tabungan, pertumbuhan asset serta pertumbuhan omset pertahun wajib mencapai 50%.
Sekali lagi, target dan sasaran itu akan tercapai bila secara taktis merumuskan aplikasi detailnya. Misalnya sasaran penyempurna­an dan penguatan aspek kelemba­ga­an memberi fokus terhadap fak­tor operasional, sumber daya ma­­nusia (SDM), anggaran atau ke­uangan serta program kerjanya.
Bidang operasional melakukan tinjauan ulang, evaluasi dan redefinisi peran, tugas dan fungsi LPMAK. Mempertahankan eksistensi sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat. Penyempurnaan struktur organisasai yang baku. Penyempurnaan alur kerja, penyempurnaan proses pengambilan keputusan serta penyempurnaan standar operasi. Kemudian bidang sumber daya manusia, menyempurnaan job deskripsi dan job spesifikasi. Melatih personil kantor, melatih FS secara berkelanjutan, menambah FS secara periodik. Serta menstandarisasi proses rekruitmen personil dan penyempurnaan pengelolaan sumber daya manusia internal.
“LPMAK sejak 5 tahun kemarin sudah belajar, periode kedepan adalah lebih profesional untuk lebih ideal,” ujarnya.
Program berikutnya adalah me­­­ningkatkan hubungan antar lem­baga. Dengan pemerintah dae­­­­rah, komunikasi dan koordinasi melalui pertemuan berkala. Meningkatkan fungsi tukar menukar informasi dan masukkan, serta saling mendorong ker­jasama untuk memperluas akses pasar produk lokal. Sementara dengan lembaga swadaya (LSM), LPMAK wajib menetapkan kriteria standar kemudian melakukan evaluasi berkala atas kinerja LSM lain sebagai mitra kerjanya. Melakukan kerjasama dengan LSM lokal dalam rangka pendekatan sosial lokal, juga melakukan kerjasama dengan LSM luar Papua maupun institusi asing untuk kepentingan pen­dekatan yang tak mungkin dilakukan oleh LSM lokal.
Berikutnya adalah LEMASA dan LEMASKO selaku pilar uta­­ma LPMAK. Melakukan redefinisi peran, fungsi dan tugas LE­MASA dan LEMASKO. Me­­ng­­implementasikan peran, fungsi dan tugas LEMASA dan LEMASKO. Juga hubungan de­ng­an Perguruan Tinggi untuk me­ningkatkan dan memperluas kerjasama dengan Universitas lokal seperti UNIPA untuk program ekonomi berkesinambungan serta universitas luar Papua terkemuka bidang kelautan, manajemen, rekayasa dan lain-lainnya.
Hubungan LPMAK dengan PT Freeport Indonesia untuk me­nyem­purnakan pola hubungan ke­lembagaan, alur kerja, koordinasi, pelaporan, serta monitoring dan evaluasi, serta me­nyusun bersama langkah ekse­kusi program yang sinergis. Dukungan lainnya, kerjasama komunikasi dan koordinasi dengan perbankan, institusi keagamaan, serta berbagai perusahaan swasta (koorporasi) demi kepentingan jaringan komunikasi, distribusi dan pemasaran hasil binaan kelompok oleh LPMAK. “Komunikasi dengan Freeport, pemda itu harus ada forum komunikasinya dan dilaksanakan secara berkala,” tekannya.

Kamis, 19 September 2013

Freeport - UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan (4)

Warga Nayaro Menyambut Positif
Kegiatan penanaman pohon sagu tersebut mendapat sambutan positif dari warga setempat. Kepala Kampung Nayaro, Herman Apoka bahkan mengharapkan masyarakatnya mau melanjutkan penanaman sagu pada lahan yang sudah disiapkan sebagai sumber pangan masyarakatnya kedepan.
Menurutnya, sebelumnya warga setempat baru satu kali mengikuti kegiatan penanaman pohon kelapa yang dilakukan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Mimika pada Bulan Februari lalu.
"Saya bangga telah melakukan ini (menanam sagu, Red). Selanjutnya orang kampung (Kampung Nayaro, Red) tinggal melanjutkan lagi lahan ini dan bisa menikmatinya. Saya orang Kamoro, bapak bupati (Allo Rafra, Red) bilang jangan cuma menjadi masyarakat peramu saja atau di rawa-rawa. Kenapa tidak merubah hidup," papar Herman Apoka yang bersemangat untuk maju ini.
Bekerja untuk Menghasilkan Uang
Salah satu pihak yang terlibat pada kegiatan penanam sagu di Kampung Nayaro adalah Keuskupan Timika. Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil mengatakan jumlah bibit sagu yang ditanam akan ditambah menjadi 8.000 lebih.
"Penanaman pohon sagu ini untuk kesediaan pangan masyarakat. Mungkin dengan proyek ini, mereka menjadi bekerja supaya menghasilkan uang," kata Uskup John Saklil yang diwawancarai wartawan Radar Timika usai kegiatan penanaman pohon sagu di Nayaro, Sabtu (3/5) lalu.
Ditambahkan Uskup bahwa penanaman sagu tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan. Ribuan pohon sagu tersebut akan menjadi milik masyarakat Kampung Nayaro. "Ini semua sebenarnya dana yang diberikan dalam bentuk program supaya mereka terlibat langsung. Itu akan memberikan hasil yang menjadi milik mereka sendiri," papar Uskup john Saklil.
Untuk sagu sendiri selain dikonsumsi secara langsung layaknya selama ini, juga bisa menjadi bahan baku kue dan lain-lain. "Sagu bukan barang asing bagi mereka. Sagu merupakan makanan pokok mereka. Yang menjadi makanan alternatif adalah beras atau nasi,’ jelas Uskup.
Uskup mengharapkan, selain sagu, masyarakat Kampung Nayaro bisa mengembangkan tanaman perkebunan lain. "Saya harap kedepan akan banyak hal terjadi, yaitu bisa tanam sayur dan pohon pisang di sela-sela sagu," sarannya.
Kembali ke Makanan Pokok
Penjabat Bupati Mimika, Atanasius Allo Rafra, SH menyambut gembira kegiatan penanaman 5.000 pohon sagu di Kampung Nayaro, yang baru pertama kali dilakukan di daerah ini. "Saya merasa bangga dengan ini, ada masyarakat Kampung Nayaro mulai penanaman sagu di tempat yang luas yang mencapai 120 hektar dibantu oleh PT FreeportIndonesia dan Keuskupan Timika," katanya.
Langkah kembali kepada makanan pokok, menurutnya merupakan langkah yang sangat baik. "Kita semua harus tahu bahwa tanaman sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat Kampung Nayaro. Kita tidak bisa mengajak mereka untuk makan nasi terus. Mengganti makanan pokok mereka tidak mungkin. Masyarakat harus kembali ke makanan pokok karena harga beras terus naik dan kemampuan masyarakat kita rendah, bagaimana mereka bisa beli beras," papar Bupati Allo Rafra.
Bupati selanjutnya mengatakan diantara jenis sagu yang ditanam ada yang mampu menghasilkan sari pati hingga 800 kilogram pada setiap batangnya. "Itu sangat luar biasa. Coba kita bayangkan 800 kilogram sari pati sagu. Berapa lama orang bisa makan atau mungkin satu keluarga bisa bertahan sekian bulan," jelasnya.
Kegiatan penanaman sagu tersebut, yang melibatkan PTFI, UNIPA, Keuskupan dan pihak-pihak lain, menurut bupati merupakan investasi warga Kampung Nayaro. Meskipun masa tumbuhnya mencapai 5 hingga 8 tahun baru bisa dipanen, menurutnya itu bukan masalah. "Mereka dari dulu sudah hidup dengan sagu, mereka mengerti kapan bisa panen. Jdi mereka berinvestasi," jelasnya.
Dikatakan bupati bahwa masyarakat Kampung Nayaro sebenarnya bukan nelayan, melainkan peramu yang mencari makan di rawa maupun sungai. Setelah penanaman sagu tersebut, kedepan masyarakat bisa hidup menetap.
Pemda Mimika sendiri menurutnya sudah mulai mengembangkan penanaman kelapa. "Sudah ribuan pohon ditanam. Masyarakat ini tidak bisa kita harapkan untuk membersihkan lahan mereka setiap saat, jadi yang cocok untuk mereka adalah tanam tanaman yang tidak memerlukan perawatan yang produktif terus-menerus," jelasnya.
Melihat program penanaman sagu tersebut, Bupati Allo Rafra mengatakan telah memerintahkan kepada Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk melakukan hal yang sama.
"Kita juga harus respek. Harapan kita ingin memberikan kesejahteraan bagi masyarakat," kata Bupati Allo Rafra.

Rabu, 18 September 2013

Freeport - UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan (3)

Bibit Sagu dari Sentani
Penanaman pohon sagu ini merupakan program padat karya yang didanai PT Freeport Indonesia secara bertahap. Disebutkan Benny Meo bahwa bibit sagu tersebut didatangkan dari Sentani, Jayapura. Pengadaannya dibantu tim peneliti dari Unipa, yang bekerja mengoleksi untuk memilih sagu varietas unggul.
"Kami bersama dengan Unipa mengangkut bibit tersebut masuk Kampung Nayaro," katanya.
Pengangkutan bibit sagu dari Sentani ke Timika sendiri dilakukan Desember 2007 menggunakan pesawat komersil Airfast hasil kerjasama dengan PTFI. Selanjutnya bibit sagu tersebut dibawa ke Kampung Nayaro. Pengadaan pertama sebanyak 6.031 bibit sagu. "Dalam proses penyemaian kurang lebih selama empat bulan ada yang mati," jelasnya.
Pada lahan seluas 120 hektar tersebut, kata Benny, diharapkan nantinya bisa ditanami bibit sagu sebanyak 8.500 pohon. Dengan pohon sagu sebanyak itu, diharapkan kedepan ekonomi masyarakat Kampung Nayaro menjadi lebih baik.

Selasa, 17 September 2013

Freeport - UNIPA Kerjasama di Bidang Lingkungan (2)

Salah satu kegiatan penelitian yang berlangsung April 2008 adalah penanaman tanaman produktif dengan cara tumpang sari. Penelitian ini dilakukan oleh tiga orang dosen Fakultas Budidaya Pertanian Unipa, yaitu Ir. La Musadi, MSi., Ir. F. H Listyorini, MSi., dan Ir. Margo Yuwono, MP yang dibantu salah seorang mahasiswa tingkat akhir.
Koordinator Tim Peneliti Intercroping dari Unipa, Ir. La Musadi, MSi, menjelaskan bahwa intercroping adalah menanam tanaman dibawah tanaman lain yang sudah ada. Ada lima jenis tanaman yang ditanam, yaitu kakao yang ditanam dibawah pohon kelapa, kopi yang ditanam dibawah pohon pinang, salak yang ditanam dibawah pohon cemara, katuk dan lada yang ditanam dibawah pohon lamtoro.
Seluruh bibit tanaman tersebut, menurut Koordinator Peneliti dan Penanggung Jawab Kegiatan, Ir. F. H. Listyorini, MSi, diperoleh dari Kabupaten Sorong dan Manokwari.
Ny. Listyorini bersama La Musadi menjelaskan bahwa lama kegiatan penelitian intercropping adalah satu tahun. Dimulai dari pembahasan, penyiapan anakan bibit (bahan tanam), penyiapan bibit (pembibitan), penyiapan lahan (pengajiran dan pembuatan lubang), penanaman, monitoring tahap pertama, monitoring tahap kedua, analisis data, serta pelaporan.
Ada beberapa tujuan dari kerjasama penelitian intercropping di area reklamasi maurujaya yang lahannya terdiri atas tailing tersebut.
1. Penganekaragaman hayati.
2. Efisiensi dalam penggunaan lahan
3. Mempercepat pertumbuhan bahan organik
"Karena pada daerah ini (lokasi reklamasi Maurujaya, Red) banyak pasir tailing maka dengan banyak vegetasi akan mempercepat terbentuknya organic," ujar La Musadi.
4. Mencari dosis pemupukan yang optimal pada tanaman.
"Caranya dengan melihat dari pola masing-masing pertumbuhan tanaman," kata Ny. Listyorini.
Ditambahkan Listyorini bahwa penelitian tersebut juga untuk mengetahui tumpang sari di lokasi reklamasi maurujaya itu bisa dilakukan dimana saja, kemudian aspek pupuk apa yang menonjol, serta kombinasi tanaman seperti apa yang cocok pada lokasi tertentu.
Dalam pelaksanaan penelitiannya, ada sejumlah perlakuan yang diujicoba pada keenam jenis tanaman yang ditanam. Untuk tanaman kelapa dilakukan empat variasi pemupukan dengan pupuk organik dari kotoran sapi, yaitu 0 kilogram (Kg) per tanaman, 2 Kg/tanaman, 4 Kg/tanaman dan 6 Kg/tanaman. Berikutnya pada kopi dan lada divariasi mulai dari 0 Kg/tanaman, 1 Kg/tanaman/ 2 Kg/tanaman dan 3 Kg/tanaman.
Sampai April 2008 lalu, penelitian tersebut telah berlangsung enam bulan sejak dimulai Oktober 2007. Pihak Unipa berharap penelitian tersebut bisa berlanjut ke lokasi modada.
"Kami berharap penelitian berlanjut pada jenis-jenis tanaman bukan konsumsi, tapi tanaman industri yang cocok di lahan taling. Misalnya tanaman-tanaman sumber biofuel dan bahan baku serat," ujar Listyorini.
Tanam Sagu, Siapkan Pangan Sejak Dini
Selain intercroping, salah satu bentuk kerjasama PTFI dan Unipa adalah penanaman bibit sagu. Bekerjasama dengan Keuskupan Timika, telah dilakukan kegiatan penanaman 5.000 bibit pohon sagu pada Sabtu (3 Mei) lalu pada lahan seluas 120 hektar di Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika.
Ketua Panitia Penanaman Sagu, Benny Meo mengatakan tujuan kegiatan penanaman 5.000 pohon sagu tersebut untuk jangka panjang sebagai program ketahanan pangan untuk mempersiapkan pangan bagi masyarakat lokal suku Kamoro, yang mana makanan mereka selama ini adalah sagu.
Benny berharap melalui program ini masyarakat Kamoro akan lebih mandiri untuk mengelola lahan agar memiliki pendapatan dan bisa mengatur ekonomi mereka sendiri. Dengan penanaman pohon sagu ini maka kedepan masyarakat Kampung Nayaro tidak lagi kesulitan mencari sagu jauh ke dalam hutan.
Dijelaskan oleh Benny mengapa sasaran kegiatan ini masyarakat Kamoro Kampung Nayaro. "Sebenarnya kami memilih Kampung Nayaro karena kampung ini berada di sekitar wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Dengan adanya lokasi tailing maka kawasan sagu mereka terkena dampak ikut teraliri tailing," jelas Benny.